WELCOME

Selamat bergabung... Nikmati:
Informasi, Analisa, Opini, Riset, Data tentang BIOLOGI LINGKUNGAN


Kamis, 01 September 2011

EUTROFIKASI pada EKOSISTEM DANAU

EUTROFIKASI adalah salah satu problema ekologis pada ekosistem danau. Jika tidak ditanggulangi maka berbagai dampak ikutan akan dialami oleh suatu ekosistem danau. Bagaimana proses eutrofikasi ?
EUTROFIKASI diperikan pertama kali oleh Weber pada tahun 1907 ketika ia memperkenalkan istilah oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik (Hutchinson, 1969)

NITROGEN & FOSFOR dalam proses EUTROFIKASI

 Nitrogen dan fosfor adalah dua unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan, namun dilain pihak juga adalah penyebab masalah lingkungan yaitu Eutrofikasi. Bagaimana ceritanya?


please klik at:

http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2201205-nitrogen-fosfor-dalam-proses-eutrofikasi/

Jumat, 13 Mei 2011

MATERI DAN JADWAL KGLH GMIM 2011

Jam
MATERI
PENANGGUNG JAWAB / NARA SUMBER
08.00-09.00
Registrasi akhir
Sie sekretariat
09.00-09.15
Laporan Panitia Pelaksana
Ketua Panitia, Pnt. Ir. Wenny Talumewo, M.Si.
09.00-10.00
Ibadah Pembukaan
Refleksi Teologis Tematis: “Masa Depan Bumi dan Ciptaan, Masa Kini Gereja”
Ketua BPMS GMIM
10.00-10.30
Sambutan:


1.          BPMS GMIM
Ketua BPMS GMIM

2.          Unsur Pemerintah, sekaligus Pencanangan Kebun Contoh Tanaman Campuran PKB GMIM & Pemkab Minahasa
Bupati Minahasa:
Drs. S. Vreeke Runtu
10.30-13.00
TAHAP PEMAHAMAN (Diskusi Panel)


 “Gereja dan Prospek Pertanian Ramah Lingkungan”

"Perspektif teologis Lingkungan Hidup & Etika Lingkungan
Keynote speaker:  Bupati Minahasa,
Drs. S. Vreeke Runtu dan Bpk Dr. David Andi

Pdt. DR. HWB Sumakul ThM

-         “Sulut dalam konteks Global Warming & Climate Change”
Pnt. Prof. Dr. Urbanus Naharia,MSi.

-         “Problematika Ekosistem Perairan di Sulut”
Pnt.Prof. Dr. Ir.Janny Kusen,M.Sc.

-         “Problematika Kehutanan dan Konservasi Biodiversity”
Pnt. Prof. Dr. Ir. Martina Langi,MSc.

-         “Prospek Bioteknologi Ramah Lingkungan”
Pnt. Prof. Dr. Revfly Gerungan,MS
13.00-14.30
Makan Siang


TAHAP KAJIAN / PERUMUSAN

14.30-15.30
Focus Group Discussion membahas hasil identifikasi masalah di jemaat, wilayah dan rayon dan merumuskan dalam bentuk:
1.Rekomendasi dan Pokok Pikiran untuk masalah yang butuh solusi dengan kebijakan Pemerintah  atau Perusahaan Pengguna SDA
2.Rencana Tindak Lanjut (Action plan) sebagai bentuk komitmen program GMIM kedepan
Fasilitator kelompok:
Pokja LH, Dosen Jur Biologi Unsrat, UKIT, Unima
15.30-16.30
TAHAP PLENO PERUMUSAN


Perumusan / Sinkronisasi Hasil Diskusi
Pokja LH, Nara sumber, Fasilitator

Pembacaan Hasil Diskusi dan Sinkronisasi:
1.        Rekomendasi “Kamang”
2.        Kamang Environment Action Plan

16.30-17.00
Penutupan
Komisi PKB Sinode GMIM

Metodologi Program KGLH

Tujuan, Sasaran dan Manfaat serta Tema KGLH 2011

Kegiatan ini bertujuan :
  1. ·Meneguhkan pemahaman tentang tanggung jawab gereja dalam pelestarian lingkungan hidup
  2. ·Mengidentifikasi problematika lingkungan hidup di aras jemaat, wilayah, rayon dan sinodal
  3. Melakukan kajian ilmiah terhadap faktor penyebab, dampak dan kemungkinan-kemungkinan solusi
  4. Merumuskan rekomendasi berupa solusi alternatif, panduan pelayanan di bidang lingkungan serta Rencana Tindak Lanjut sebagai langkah konkrit gereja menghadapi pergumulan di bidang lingkungan hidup.
  5. Sebagai bagian dari perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) 5 Juni 2011.
Logo hlh 2011  (www.unep.org)


Sasaran (goal) yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah:
  1.  Adanya pemahaman peserta tentang hubungan antara gereja dan lingkungan, serta tanggung jawab gereja terhadap problematika lingkungan hidup.
  2.  Adanya dokumen tertulis tentang pemetaan masalah lingkungan hidup di wilayah pelayanan GMIM yang diidentifikasi dari aras jemaat, wilayah, rayon hingga sinode.
  3. Adanya dokumen rekomendasi dan pokok pikiran bagi gereja, pemerintah dan para pihak (stakeholder)  tentang penanganan masalah lingkungan serta alternatif solusi sesuai dengan problematika yang ada.
  4.  Adanya dokumen Rencana Tindak Lanjut (RTL) sebagai implementasi dari kajian dan analisa kebutuhan penanganan problematika lingkungan hidup.

Manfaat  dari kegiatan ini adalah:
  1. Memfasilitasi pemahaman warga GMIM umumnya terhadap hubungan gereja dan lingkungan serta aspek teoritis dan teknis dari problematika lingkungan hidup.
  2. Membantu gereja dalam mengenali / memetakan kondisi medan gumul / wilayah pelayanan dari aspek masalah lingkungan hidup dan potensi sumber daya alam.
  3.  Membantu gereja dari tingkat sinodal hingga aras jemaat untuk merumuskan Rencana Tindak Lanjut yang lebih efektif dalam penanganan masalah lingkungan.
  4.  Membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik di bidang lingkungan hidup
  5. Menopang kinerja gereja, pemerintah dan stakeholder di bidang lingkungan.         
                                                      
  TEMA DAN SUB TEMA
Tema:
“Masa Depan Bumi dan  Ciptaan, Masa Kini Gereja”
Sub Tema:
“Meningkatkan peran gereja dalam konteks kekinian dan lokalitas medan gumul  dalam  sinergi dengan visi global  penyelamatan bumi dan keutuhan ciptaan”

Mengapa digelar Konferensi Gereja dan Lingkungan Hidup Tahun 2011 ?



LATAR BELAKANG PEMIKIRAN PELAKSANAAN KGLH GMIM 2011

Dewasa ini isu dan problematika lingkungan hidup semakin menarik perhatian berbagai pihak. Hal mana sejalan dengan  meningkatnya kesadaran terhadap arti penting pelestarian lingkungan hidup dalam eksistensi manusia dan seluruh ciptaan, juga distimulus oleh fakta-fakta dampak perusakan lingkungan dan ancaman bencana global lingkungan hidup. Dalam konteks global, berbagai isu dan problematika yang mengemuka diantaranya adalah: pemanasan global dan perubahan iklim (global warming and climate change), kemiskinan ekologis, ekonomi dan lingkungan. Dalam konteks lokal, berbagai persoalan juga mengemuka dengan karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakter habitat lokal. Sekalipun sifatnya lokal, namun jika diabaikan maka akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia dan masa depan bumi serta ciptaan lainnya secara umum. Karenanya , berbagai problema lokal lingkungan harus diberi perhatian yang lebih serius oleh semua pihak termasuk gereja.
Gereja merupakan kumpulan orang-orang yang dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk hidup dalam suatu persekutuan percaya yang berada di suatu daerah dan tempat. Dalam panggilan tersebut gereja memiliki tugas yang mencakupi  tiga aspek, yaitu  persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia) dan pelayanan (diakonia). Ketiga aspek ini adalah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan meskipun dapat dibeda-bedakan. 
Gereja Masehi Injili di Minahasa sebagai bagian  dari arak-arakan pelayanan gereja di segala tempat dan masa, juga memiliki tugas dan panggilan untuk bersekutu,  bersaksi,dan melayani. Dalam konteks ini, GMIM tak bisa menutup mata terhadap isu dan problematika dalam ruang gumulnya atau locus pelayanannya, termasuk tak bisa lepas dari probelmatika Lingkungan Hidup karena: pertama, lingkungan adalah tempat hidup (habitat) manusia termasuk didalamnya  warga  GMIM. Mengabaikan tanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup sama saja dengan membiarkan warga gereja dalam jurang bencana lingkungan hidup.  
Kedua, lingkungan hidup merupakan salah satu  objek dan sasaran pelayanan, sebagaimana kesaksian Alkitab seperti disaksikan kitab Kejadian: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara ............. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:26-28)
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2:15).  
Ketiga, warga GMIM maupun institusi GMIM adalah bagian integral dalam suatu sistem lingkungan (sistem ekologis, ekosistem). Dengan demikian maka  GMIM tak bisa melarikan diri dari interaksinya dengan lingkungan. Kondisi lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan pelayanan bahkan eksistensi dari gereja, demikian juga sebaliknya, gereja dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ekosistem dimana warga gereja adalah bagian dari ekosistem tersebut. Dengan demikian maka tri tugas panggilan gereja yang melekat dalam panggilan pelayanan GMIM tak bisa melepaskan diri dari lingkungan hidup sebagai tempat bergereja, sasaran pelayanan dan medan gumul untuk mewujudkan syaloom Allah di muka bumi (lingkungan).
Untuk lebih memantapkan implementasi tri tugas panggilan gereja dalam keterpanggilan terhadap problematika lingkungan  hidup tersebut, maka perlu sebuah upaya dalam melakukan identifikasi permasalahan lingkungan di wilayah pelayanan GMIM, melakukan kajian terhadapnya dan mengajukan rekomendasi solusi alternatif bagi gereja, pemerintah dan seluruh elemen yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan serta menyusun sebuah rencana tindak lanjut (RTL) dalam pelayanan GMIM di bidang Lingkungan. Untuk kepentingan inilah, maka diadakanlah program Konferensi Gereja dan Lingkungan Hidup GMIM yang diprakarsai oleh Pria Kaum Bapa (PKB) GMIM.

ENVIRONMENT PAPER SHARRING.....

"berbagi tulisan untuk penyelamatan lingkungan"
Logo KGLH by PKB GMIM
Salah satu agenda yang digagas Panitia Konferensi Gereja dan Lingkungan Hidup Gereja Masehi Injili di Minahasa adalah "Environment Paper Sharring"  (EPS). EPS memberi peluang bagi masyarakat umum yang memiliki pengetahuan, ide, pengalaman tentang lingkungan hidup secara umum atau hubungan antara gereja dan lingkungan untuk menuangkan pengetahuan, ide, pengalaman mereka dalam tulisan paper / makalah meskipun tidak akan dipresentasikan namun akan di-share kepada seluruh peserta.
Kita bisa menuliskan tentang sebuah solusi terhadap problema lokal lingkungan hidup, teori tentang suatu objek masalah lingkungan, teknologi murah dan tepat guna untuk recycle / daur ulang sampah, konsep program bagi gereja dalam menangani masalah lingkungan, konsep tentang pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan, serta tulisan lainnya dalam bingkai "Gereja dan Lingkungan".
Dengan tulisan-tulisan yang akan menjadi makalah pendamping tersebut, berarti kita telah turut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan dan penyelamatan bumi serta keutuhan ciptaan. So, tunggu apa lagi rangkai kata penuh makna bagi pelestarian lingkungan. Panitia merencanakan akan menghimpun semua tulisan menjadi sebuah buku yang akan menjadi referensi bagi masyarakat umum.
Ayo bagikan ide dan ilmu anda kepada sesama demi penyelamatan lingkungan.... kirim tulisan anda ke e.mail sekretaris panitia KONFERENSI GEREJA & LH GMIM 2011: meidy_tinangon@yahoo.co.id paling lambat 5 Juni 2011....
<konferensi/lingkungan hidup/gereja dan lingkungan>
 

INFO BIOLOGI LINGKUNGAN Jadi "Media Online Partner KGLH GMIM 2011"

The KGLH GMIM 2011 logo
info biologi lingkungan blog milik program studi biologi (minat biologi lingkungan) FMIPA UKIT turut mensuport pelaksanaan Konferensi Gereja dan Lingkungan Hidup (KGLH) Gereja Masehi Injili di Minahasa yang akan digelar 11 Juni 2011 di Gedung GMIM "Kamang" Desa Kamangan Kecamatan Tompaso Kab Minahasa. Kegiatan ini merupakan program terpadu antara Komisi BIPRA Sinode GMIM dengan pemrakarsa Komisis PKB Sinode GMIM dan pelaksana adalah Pokja Lingkungan  Hidup yang diketuai Pnt. Ir. Wenny Talumewo, M.Si dan Meidy Tinangon, SSi,MSi selaku sekretaris.


Dengan ditetapkan sebagai media online partner, maka informasi tentang pelaksanaan program KGLH GMIM 2011 dapat diakses di blog INFO BIOLOGI LINGKUNGAN
 ( http://biologi-mipa-ukit.blogspot.com )

Rabu, 23 Maret 2011

5 Tsunami Paling Mematikan di Jepang

gambar Tsunami Jepang

KOMPAS.com — Jepang adalah salah satu negara yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik, wilayah sepanjang 40.000 km berbentuk tapal kuda yang membentang melewati Indonesia, Jepang, Cile, Meksiko, dan beberapa negara lain. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Jepang berpotensi besar mengalami gempa bumi yang bisa berakibat tsunami.
National Geophysical Data Center National Oceanic and Atmospheric Administration (NGDC NOAA) mencatat, beberapa gempa di Jepang telah mengakibatkan tsunami yang mematikan. Jika ditotal, lebih dari 100.000 orang tewas akibat gempa diikuti tsunami. Terakhir, tsunami terjadi pada Jumat 11 Maret 2011 setelah gempa berkekuatan 9 mengguncang negeri itu.
Berikut merupakan daftar tsunami paling mematikan berdasarkan data NGDC NOAA. Tsunami yang pertama kali terdata lembaga itu terjadi pada 29 November 684 dengan ketinggian gelombang mencapai 3 meter, terjadi akibat gempa 8,4 magnitude di Nankaido. Daftar tsunami paling mematikan di Jepang di bawah ini belum mencakup tsunami Jumat lalu.

1. Tsunami tahun 1498 Tsunami paling mematikan di Jepang terjadi pada 20 September 1498 dengan sumber dari wilayah Laut Enshunada. Tsunami terjadi akibat gempa 8,3 magnitude. Sebanyak 31.000 orang tewas dalam bencana alam ini, disertai rusak parahnya 1.000 rumah di wilayah sekitar.
2. Tsunami tahun 1707 Tsunami kedua paling mematikan terjadi di wilayah Nankaido pada 28 Oktober 1707, lebih kurang pada pukul 05.00 pagi. Korban tewas mencapai 30.000 orang dengan 29.000 rumah hancur. Tsunami ini terjadi akibat gempa 8,4 magnitude.
3. Tsunami tahun 1896 Tsunami mematikan selanjutnya menewaskan 27.122 orang, melukai 9.247 orang, dan merusak 11.000 rumah. Tsunami terjadi pada 15 Juni 1896, lebih kurang pada pukul 10.33 waktu setempat. Tsunami terjadi terjadi di wilayah Sanriku dan merupakan akibat dari gempa berkekuatan 7,6.
4. Tsunami tahun 1771 Tsunami ini terjadi di Ryuku Islands setelah gempa berkekuatan 7,4. Tepatnya, tsunami terjadi pada tanggal 24 April 1771. Tsunami menewaskan 13.486 jiwa dengan jumlah kerusakan rumah mencapai 3.237 unit.
5. Tsunami tahun 1586 Tsunami ini menewaskan 8.000 orang. Tsunami terjadi di Pantai Ise, tepatnya pada tanggal 18 Januari 1586. Tsunami terjadi akibat gempa berkekuatan 8,2. Tidak ada catatan tentang jumlah rumah yang hancur dan waktu persis kejadian tsunami tersebut.
Sejauh ini, telah terjadi 345 tsunami. Sementara itu, tsunami yang terjadi Jumat lalu adalah tsunami terakhir yang terdata dan berdasarkan data terkini telah menewaskan 2.000 orang lebih. Koreksi terakhir oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Jepang, tsunami terjadi akibat gempa 9 magnitude ***


Sumber: @Kompas.com
Penulis: Yunanto Wiji Utomo | Editor: A. Wisnubrata

EARTH HOUR; Matikan Lampu Satu Jam pada 26 Maret

SAVE our ONE EARTH
 Yunanto Wiji Utomo | Editor: Tri Wahono/
KOMPAS.com — Tahukan Anda tentang Earth Hour? Perayaan Earth Hour merupakan sebuah gerakan global untuk mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk mematikan lampu dan alat elektronik selama 1 jam.Perayaan Earth Hour dilaksanakan setiap hari Sabtu minggu ketiga pada bulan Maret. Pelaksanaannya dilakukan mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Tahun ini, perayaan Earth Hour jatuh pada tanggal 26 Maret 2011.
Awalnya, perayaan ini adalah kampanye kolaborasi WWF Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney, Australia. Tujuannya  untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di kota itu sebanyak 5 persen pada 2007. Hingga tahun lalu, 128 negara telah terlibat perayaan ini.
Nyoman Iswarayoga, Director Climate and Energy Program WWF Indonesia, mengatakan, "Tahun ini ada yang berbeda dari perayaan Earth Hour. Jika tahun lalu hanya 60, maka tahun ini jadi 60+. Artinya, setelah 60 menit mematikan lampu selanjutnya menjadi gaya hidup."
"Kita mengharapkan, setelah perayaan Earth Hour orang bisa menyadari perlunya penghematan pemakaian energi. Orang bisa mengubah gaya hidupnya," lanjutnya dalam konferensi pers perayaan Earth Hour di Sheraton Media Hotel & Towers, Jakarta, Selasa (1/3/2011).
Untuk merangkul sebanyak mungkin individu, WWF Indonesia mengadakan road show di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Road show bertujuan untuk merangkul komunitas agar bisa membantu menggerakkan masyarakat sekitar berpartisipasi dalam Earth Hour.
Setelah Earth Hour, Nyoman mengajak setiap orang untuk mengubah gaya hidup dari tindakan kecil. "Misalnya kita bisa tahu apakah lampu yang menyala di rumah atau kantor sebenarnya diperlukan atau tidak. Lalu kalau ke supermarket bisa bawa tas sendiri atau harus minta tas plastik," paparnya.
Perubahan gaya hidup, menurut dia, bisa dimulai di tingkat perusahaan ataupun rumah tangga. Budaya perusahaan yang diperkenalkan kepada karyawan bisa dibawa dan ditularkan karyawan ke tingkat rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Mekanisme sebaliknya pun bisa terjadi. Ayo rayakan 60+ Earth Hour!

Senin, 21 Februari 2011

"LOCAL PLANING" Melawan "GLOBAL WARMING"

http://minahasameidy.blogspot.com/p/naturalia.html

Luas & Kedalaman DANAU TONDANO

By. Meidy Tinangon

a.Luas Danau
Menurut Zen dan Alzwar (1974) dalam Rondo dan Soeroto (1990) Danau Tondano adalah danau alami yang terbentuk akibat patahan-patahan kulit bumi di masa silam. Panjang danau lebih kurang 12 km, lebar rata-rata 4 km.
Danau Tondano terletak ± 600 m diatas permukaan laut. Di bagian utara dan selatan, bagaian pinggiran danau merupakan daerah persawahan, sedangkan bagian timur dan barat pada umumnya daerah pantai danau berbatu-batu dan tergolong curam. Luas danau berkisar antara 4.278 – 5.600 ha. Danau Tondano dialiri oleh 25 sungai dan hanya 1 sungai sebagai out let yaitu Sungai Tondano yang bermuara di Teluk Manado (Rondo dan Soeroto, 1990). Menurut Kumurur (2002) diantara sungai-sungai yang menjadi inlet danau Tondano, terdapat 3 sungai yang menjadi kontributor utama dalam menyumbang unsur hara, bahan organic dan residu pestisida bagi Danau Tondano. Ketiga sungai tersebut adalah: S. Panasen, S. Ranoweleng (dari Gunung Soputan) dan S. Leleko (Gunung Tampusu).
b. Perubahan Kedalaman
Kedalaman danau menunjukan trend menurun seiring dengan bertambahnya tahun. Pada tahun 1934 masih memiliki kedalaman maksimum 40 m, tahun 1974 paling dalam 28 m dengan rata-rata 16 m (Zen dan Alzwar, 1974 dalam Rondo dan Soeroto 1990). Hasil survey TNI-AL pada bulan Februari 1983 seperti dilaporkan  Rondo dan Soeroto (1990) dan Rompas dkk (1996) menyatakan bahwa kedalaman maksimum di bagian tengah danau mencapai rata-rata 25 m dan terdalam 27 m. Sementara itu survey Rompas dkk (1996) menunjukan bahwa topografi dasar danau bervariasi dari 2 m – 21 m, dan rerata kedalaman danau pada bagian tepi (± 8 m dari garis danau) 8 m, kecuali pada daerah dekat dengan pintu keluar (outlet) yang menunjukan rerata 2 m, dan sebaliknya ketebalan Lumpur dan tumbuhan air mencapai 9 m. Sementara itu kedalaman rerata pada bagian tengah danau dengan radius 700 m memiliki kedalaman 20 m dimana dengan kedalaman demikian, lumpur yang terbentuk pada daerah tersebut setebal ± 4 m.
Data perubahan kedalaman danau yang dihimpun oleh Kumurur (2002) dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel di bawah ini;
Tabel 3. Perubahan Kedalaman Danau Tondano (Kumurur, 2002 dari berbagai sumber)

Tahun
Kedalaman
1934
40 m
1974
28 m
1983
27 m
1987
20 m
1992
16 m
1996
15 m

Referensi :
  • Kumurur, V. 2002. Aspek Strategis Pengelolaan Danau Tondano. Jurnal Ekoton, Unsrat, Manado.
  • Rondo, M. dan Soeroto 1990. Kondisi ekologis Perairan Danau Tondano. Berita  fakultas  Perikanan UNSRAT
  • Rompas dkk, 1996. Ekologi Danau Tondano. Laporan Penelitian. UNSRAT Manado.
  • Soeroto, B., 1989. Beberapa Masalah di Danau Tondano dan penanggulangannya. Jurnal FAPERIK  Vol. 1 dan No. 1 UNSRAT Manado.